Desa Bayung
Gede
Bali banyak memilikidesa-desa kuno yang
tetap terjaga kelestariannya dan merupakan warisan budaya nenek moyang, salah
satu desa tersebut adalah Desa Bayung Gede yang terletak di Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli.
Desa Bayung Gede merupakan desa tua di
Bali, desa ini berhawa sejuk karena berada di ketinggian sekitar 800-900 meter
diatas permukaan laut. Dengan iklim tersebut, pertanian lahan kering merupakan
andalan warga desa ini,desa ini dikembangkan menjadi proyek percontohan
pariwisata sejak tahun 2010. Bentuk rumah yang sama dalam satu desa menjadikan
desa ini memiliki ciri khas tersendiri berbeda dengan desa lainnya di Kabupaten
Bangli.
Di desa ini warga yang baru saja menikah
dilarang memasuki pekarangan dan tidak dianggap sebagai warga Desa Bayung Gede
sebelum membayar tumbakan (sejenis maskawin) yang diserahkan kepada Desa dengan
dalam bentuk dua ekor sapi, serta menjalani tapa brata (puasa). Pasangan
suami-istri pengantin baru itu wajib melakukan prosesi yang disebut
"penyekeban" (pematangan) tinggal di sebuah gubuk kecil di ujung
desa.
Tidak hanya itu, Desa Bayung Gede memiliki
tradisi unik dalam hal menguburkan ari-ari (tali pusar) bayi yang baru lahir.
Jika pada umumnyatali pusar bayi ditanam di tanah, di desa ini ditempatkan di
batok kelapa dan digantungkan di pohon pada “setra” (kuburan)khusus yang
terletak di belakang desa dan tradisi menaruh ari-ari di dalam batok kelapa ini
sudah berlangsung sejak ratusantahun lalu.
Kemudian tradisi uniklainnya terletak pada
pada prosesi penguburanmayat laki-laki yang berbeda dengan mayatperempuan,
mayat perempuan dikubur dalam posisi tengadah karena perempuan dilambangkan
sebagai bumi yangmana dalam penguburannya harus menghadap ke langit, sedangkan
mayat lelaki-laki dikubur telungkup melambangkan angkasa sehingga dalam
penguburannya mesti menghadap ke bumi.
Belum diketahui secara pasti mengenai asal
usul nama Bayung Gede karena menurut para tetua desa, Bayung Gede memang sudah
ada seperti saat ini. Namun lain halnya menurut Thomas A Reuters dalam bukunya
Custodians of The Sacred Mountains:Budaya dan Masyarakat di Pegunungan Bali
(Yayasan Obor Indonesia, 2005) menyebut Bayung Gede merupakan desa kuno yang
menjadi induk dari sejumlah desa-desa kuno lainnya di Bangli seperti
Penglipuran, Sekardadi, Bonyoh dan beberapa desa lainnya.
Desa Bayung Gede terkenal juga sebagai
penghasil jeruk, kopi, aneka jenis sayuran, jagung serta padi gaga, hal
tersebut menggambarkan mata pencaharian
penduduk desa itu sendiri sebagai petani sehingga tak heran jika anda
mengunjungi desa ini disaat pagi hari hingga menjelang malam anda tak menjumpai
warga desa karena waktu mereka dihabiskan untuk bekerja di kebun dan sawah
mereka. Namun hal ini tidak terjadi pada saat pelaksanaan upacara keagamaan,
para penduduk akan berlama-lama menghabiskan waktu di pusat desa.
Saat ini aksesibilitas menuju desa sangat
baik sehingga memberikan kenyamanan bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan
mengunjungi desa ini.
Desa ini berjarak sekitar 55 kilometer di
timur laut Denpasar atau kira-kira 35 kilometer utara Bangli dan dapat ditempuh
melalui 2 jalur, dari jalur Payangan-Kintamani maupun Bangli-Kintamani.
Pulau Bali memang indah menawan, lengkap
dengan segala keunikan tradisi adat serta kehidupan masyarakatnya yang tetap
menjaga kelestarian warisan nenek moyang mereka, juga keramah tamahan warga
desa menjadikan satu penghargaan terhadap propinsi ini untuk tetap menjadi ikon
pariwisata Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar