Pura Ulun Danu Beratan
Rata-rata suhu maksimum di daerah ini 22,4 derajat Celsius dan
minimum 15,4 derajat Celsius, membuatkawasan Pura ini benar-benar berpenyejuk
dingin .
I Gusti Agung Putu menjadi tawanan dan diserahkan kepada I Gusti
Ngurah Tabanan . Oleh I NgurahTabanan ,
Di sini I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan dengan
nama Taman Ganter dan istananyabernama Kawiapura .
Setelah mengalahkan musuh-musuhnya termasuk membantu Raja
Tabanan mengalahkan musuhnya, selanjutnya ia mendirikan tempat pemujaan di tepi
Danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu. Hal ini terjadi menurut
Babad Mengwi tahun Saka 1556. Piodalan di Pura ini jatuh setiap enam bulan
sekali, tepatnya pada Selasa Kliwon Wuku Julungwangi atau dikenal dengan
sebutan Anggarakasih Julungwangi. Kali ini di Pura bersangkutan akan digelar
Karya tawur Panca Bali Krama, Piodalan Pedudusan Agung, Danu Kertih dan Giri
Kertih dan Karya Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini yang puncaknya jatuh pada Selasa
(21/6) mendatang.
Pura Penataran Ulun Danu Beratan di-empon oleh empat Pesatakan
yaitu Pesatakan Bangah, Baturiti, Antapan, dan Candikuning. Secara umum Pura
ini dibagi menjadi beberapa kompleks penataran yaitu Pura Penataran Agung, Pura
Telengin Segara, Pura Lingga Petak dan Pura Dalem Purwa. Sebagian areal Pura di
tepi danau yaitu kompleks Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Purwa, sedangkan
yang berada di dalam danau, disangga daratan kecil yaitu Pura Telenging Segara
yang ada meru tumpang 11 dan Pelinggih Lingga Petak ada meru tumpang 3. Pura
Ulun Danu Beratan tahap demi tahap diperluas dan disempurnakan bersama dengan
rakyatnya, sehingga menjadi Pura Kahyangan Jagat. Pura Ulun Danu terdiri atas
empat kompleks pura.
Kompleks pelinggih Lingga Petak, kompleks Pura pesimpangan
Puncak Mangu, kompleks Pura pesimpangan Terate Bang dan kompleks Pura Dalem
Purwa. Kompleks yang paling timur adalah pelinggih Meru Tumpang Tiga stana
Lingga Petak. Pura ini dikelilingi oleh tembok penyengker dengan empat pintu
berupa candi bentar yang menghadap keempat penjuru. Demikian juga pintu merunya
juga ada empat pintu yang juga mengarah ke empat penjuru. Tahun 1968 konon pura
ini pernah dipugar. Ternyata di dasarnya terdapat tiga buah batu besar. Yang
paling besar adalah batu dengan warna putih bulat panjang diapit oleh batu yang
lebih kecil dengan warna merah dan hitam terletak berjejer. Di bawah batu putih
itu keluar mata air.Karena itulah pelinggih Meru ini disebut linggih Lingga
Petak. Meru Lingga Petak inilah sebagai pemujaan Batara Ulun Danu Beratan.
Menurut Drs. I Gst. Agung Gede Putra (alm) - yang pernah
menjabat Kakanwil Depag Propinsi Bali dan juga pernah menjabat Dirjen Bimas
Hindu dan Buddha Departemen Agama RI - Meru Tumpang Tiga ini mungkin sebagai
bentuk pemujaan Siwa Lingga yang pada zaman megalitikum dipakai wujud Lingga
Yoni. Pemujaan Tuhan dengan sarana Lingga Yoni untuk memohon kesuburan
pertanian. Gunung Mangu sebagai Lingganya dan Danau Beratan sebagai Yoninya.
Melalui pertemuan dua unsur alam itulah Tuhan menciptakan kesuburan. Kompleks
yang kedua terletak di sebelah barat Pura Lingga Petak adalah Pura pesimpangan
Puncak Mangu. Dalam Lontar Usana Bali, Puncak Mangu dinyatakan sebagai pemujaan
Hyang Danawa. Dalam hal ini Pura Lingga Petak sebagai Purusanya dan pesimpangan
Puncak Mangu sebagai Pradananya.
Pertemuan dua unsur inilah memunculkan kesuburan. Dari kesuburan
itu munculah tumbuh-tumbuhan dengan dewanya Sang Hyang Sangkara. Kompleks yang
ketiga merupakan kompleks yang arealnya paling luas adalah kompleks pesimpangan
Pura Terate Bang. Di Pura ini ada pelinggih utama adalah Meru Tumpang Pitu
sebagai pemujaan Batara Brahma. Ada pelinggih Kamulan sebagai pemujaan roh suci
(Dewa Pitara) dari leluhur raja. Di samping itu ada banyak pelinggih
pesimpangan. Ada pelinggih Padmasari Rong Tiga sebagai pemujaan Sang Hyang Tri
Purusa. Pelinggih Gedong manjangan Saluwang sebagai stana Mpu Kuturan. Ada
Gedong untuk Ratu Pasek. pda Pelinggih Limas Catu untuk Batara Rambut Sadana.
Ada Gedong Limas Mujung untuk Batara Penyarikan. Ada juga palinggih Paruman
Alit sebagai stana Batara Kabeh dan banyak lagi ada pelinggih pesimpangan.
Kompleks keempat di bagian pojok tenggara dari kompleks Terate
Bang adalah pesimpangan Dalem Purwa.Palinggih yang paling utama di Pura
pesimpangan Dalem Pura ini adalah sebuah Gedong Pelinggih Batari Uma Bhagawati
sebagai Saktinya Batara Siwa pemberi kebahagiaan. Meskipun pura ini sebagai
Pura Ulun Danu yaitu hulunya kehidupan pengairan di pura ini juga dipuja Batara
Tri Purusa dan Batara Tri Murti.Tuhan jiwa alam semesta dan Tuhan sebagai
pencipta, pemelihara dan pemralina. Di jeroan Pura Penataran Agung terdapat
beberapa pelinggih yaitu meru tumpang pitu, berbusana serba merah difungsikan
sebagai stana Dewa Brahma dan difungsikan pula sebagai pesimpangan Pura Pucak
Teratai Bang yang berlokasi di dalam Kebun Raya Eka Karya Bali.
Di Pura Penataran Agung ini juga terdapat Padma Lingga yang
difungsikan sebagai pesimpangan Pura Puncak sangkur. Di sebelah barat meru
tumpang pitu terdapat sebuah palinggih Padma Tiga yang merupakan stana Hyang
Tri Purusa-Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa. Inilah yang menjadi pelinggih pokok
di Penataran Agung. Di sisi barat laut dari pelebahan ini terdapat jajaran
berapa palinggih yaitu Taksu, Gedong Sari, Gedong Catu Mujung, Catu Meres,
Gedong simpen, palinggih manjangan Saluang sebagai palinggih Maspait atau Mpu
Kuturan yang juga sering disebut sebagai palinggih Ratu Pasek dan Meru Tumpang
Telu sebagai stana Ratu Pande. Di sebelah selatan dari jajaran pelinggih
tersebut terdapat sebuah gedong kereb yang disebut pula palinggih Bala Tama dan
di sudut tenggaranya terdapat sebuah pelinggih Bale Kawas (Ulun Bale Agung)
yang juga difungsikan sebagai penghayatan ke Pura Pucak Kayu Sugih.
Di palebahan Pura Tengahing atau Telenging Segara ada Meru
Tumpang solas sebagai stana Dewa Wisnu dan difungsikan pula sebagai pesimpangan
Bhatara di Puncak Mangu (Gunung Pangelengan) dan difungsikan sebagai palinggih
Ida Bhatara Dewi Danu. Palebahan Pura ini dikelilingi air danau. Di palebahan
Palinggih Lingga Lingga Petak / Ulun Danu terdapat sebuah palinggih Meru
Tumpang Telu yang di dalamnya terdapat sebuah sumur kramat yang menyimpan
Tirtha ulun danu. Di dalam sumur itu juga tertancap sebuah lingga besar
berwarna putih dan diapit dua buah batu berwarna hitam dan merah. Tradisi yang
diterima oleh masyarakat Hindu dan krama subak, palinggih ini difungsikan
sebagai Ulun Danu dari Danau Beratan dalam konteks memohon kesuburan dan
kemakmuran dan sebagai palinggih Bhatara Siwa dengan kekuatan Cadu Sakti-nya
yang disimbolkan dari pemedalan yang menghadap ke empat penjuru mata
angin.Paleban pura ini juga dikelilingi air danau.
Di palebahan Pura Dalem Purwa terdapat tiga buah bangunan yang
semuanya menghadap ke timur.Palinggih pokoknya berupa Gedong Dalem yang
difungsikan sebagai stana Bhatari Durga dan Dewa Ludra atau Dewi Uma Bhagawati.
Gedong ini diapit oleh Bale Murda Manik yang difungsikan sebagai pemaruman dan
di kanannya ada bale panjang yang difungsikan untuk menempatkan upakara saat
piodalan.Keberadaan Pura ini juga tidak terlepas dari konsep nyegara-gunung
yakni pertemuan langsung dari Danau Beratan dengan Gunung Pangelengan. Pun,
memiliki konsep lingga-yoni yaitu Danau Beratan dan Pura Ulun Danu Beratan
sebagai Yoni dan Gunung Pangelengan (Pucak Mangu) sebagai Lingga Acala yang
merupakan simbol dari sumber kemakmuran di bumi.
Berdasarkan beberapa sumber, Pura Penatana Ulun Danu Beratan
diperkirakan didirikan pada zaman Bali Kuno yaitu dibangun oleh Mpu Kuturan dan
dilanjutkan oleh beberapa tokoh yang sangat mempengaruhi perkembangan Pura ini.
Namun sebelum Mpu Kuturan membangun Pura tersebut telah ada bukti-bukti
peninggalan zaman megalitik, berupa batu-batu pipih yang lebar dan didirikan
dengan tegak. Dalam Babad Pasek disebutkan guna menjaga ketentraman masyarakat
Bali, Mpu Kuturan membuat dan menyempurnakan kahyangan jagat yang berjumlah
delapan buah yaitu Pura Besakih, lempuyang, Andakasa, Goa Lawah, Batukaru,
Beratan, Batur dan Uluwatu (Soebandi, 2003:40).
Di Pura Ulun Danu Beratan terdapat peninggalan arkeologi seperti
lingga yang tersimpan di pelinggih padma tiga rong tengah. Di samping itu
terdapat sumur kuno di pelinggih Lingga Petak atau Ulun Danu. Secara umum, Pura
ini sebagai tempat untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta berbagai
manifestasi-Nya.Sedangkan, fungsi khususnya sebagai tempat melakukan upacara
Melasti, pakelem, nunas Tirtha pamuput, ngaturan suinih, mapag toya. Hubungan
subak dengan Pura Beratan sangatlah erat, mengingat pura ini merupakan pusat
atau sumber air. Pura ini juga dijadikan tempat meajar-ajar terkait upacara
Dewa yadnya dan pitra yadnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar