TUMPEK WARIGE / TUMPEK PENGATAG / TUMPEK uduh
Hari
Tumpek Wariga / Tumpek Pengatag, atau lebih dikenal dengan Tumpek uduh
merupakan salah satu perayaan umat Hindu Dharma di Bali, sebagai persembahan
suci yang khusus ditujukan untuk menghormati semua jenis tanaman. Kegiatan
ritual menggunakan kelengkapan sarana banten, rangkaian janur kombinasi bunga
dan buah -buahan, dengan kekhususan bubuh sumsum, yakni bubur dari tepung ketan
yang diberi warna hijau alami dari daun kayu sugih, ditaburi dengan parutan
kelapa dan diberi gula merah. Makhluk hidup berasal dari makanan. Makanan
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan berasal dari hujan. Hujan berasal
dari yadnya. Yadnya itu adalah karma. SLOKA Bhagavad Gita ini mengingatkan kita
bahwa tanpa tumbuh-tumbuhan semua makhluk bernyawa tidak dapat melangsungkan
hidupnya di bumi ini. Mengapa? Karena bahan pokok makanan hewan dan manusia
adalah tumbuh-tumbuhan. Adanya tumbuh-tumbuhan adalah yadnya dari bumi dan
langit kepada semua makhluk hidup ini. Bumi memberikan tanah. Langit menurunkan
hujan untuk berkembangnya tumbuh-tumbuhan. Mengapa bumi dan langit dapat
berlaku demikian. Itulah hukum RTA yang diciptakan oleh Tuhan. Tuhan dalam
kemahakuasaan-Nya menciptakan tumbuh-tumbuhan melalui hukum alamnya yang
disebut Dewa Sangkara oleh para Resi. Karena itu, umat Hindu akan memuja Tuhan
sebagai Dewa Sangkara untuk memohon kekuatan jiwa dan raga dalam mengembangkan
tumbuh-tumbuhan. Pada zaman industri dewasa ini, sungguh tidak mudah
mengembangkan upaya agar tumbuh-tumbuhan dapat berkembang seimbang sesuai
dengan hukum ekologi. Manusia sebagai makhluk hidup yang paling serakah sering
berbuat tidak adil kepada keseimbangan hidup tanaman tersebut. Untuk
menumbuhkan sikap yang adil dan penuh kasih kepada tumbuh-tumbuhan, umat Hindu
memohon tuntunan Dewa Sangkara sebagai manifestasi Tuhan Yang Mahaesa. Karena
itu, umat Hindu di India memiliki "Hari Raya Sangkara Puja",
sedangkan umat Hindu di Bali memiliki Tumpek Wariga sebagai hari untuk memuja
Dewa Sangkara. Kemasan luar perayaan Sangkara Puja di India dan hari Tumpek Wariga
di Bali tentunya berbeda, tetapi maknanya tidak berbeda . Kedua hari tersebut
sebagai suatu proses ritual yang sakral untuk mengingatkan umat manusia agar
selalu memohon tuntunan Tuhan dalam mengembangkan dan melindungi
tumbuh-tumbuhan sebagai sumber makanan makhluk hidup yang paling utama. Di Bali
pada zaman kerajaan ada Lontar Manawa swarga yang mencantumkan tentang
perlindungan kepada tumbuh- tumbuhan. Dalam Lontar Manawa swarga disebutkan,
barang siapa menebang pohon tanpa izin raja, maka akan dihukum denda lima ribu
kepeng. Demikian juga dalam struktur pemerintahan kerajaan ada satu departemen
yang mengelola tanaman yang disebut Menetri Juru Kayu. Mungkin mirip menteri
pertanian dan kehutanan dewasa ini. TUMPEK WARIGE / TUMPEK PENGATAG / TUMPEK uduh
akan di peringati pada tanggal 4 agustus 2012 oleh umat Hindu di Bali. pada
hari tersebut akan di laksanakan persembahyangan di setiap pura - pura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar