Tari Gebug Ende yang Masih Dipertahankan
Sebagai daerah wisata populer sudah
sepantasnya kalau bali digempur dari sana-sini soal budaya karena sejatinya
yang datang ke Bali bukan hanya turis nasional saja, melainkan turis asing dari
berbagai macam suku dan bangsa yang memiliki karakter, adat-istiadat, dan
kebudayaan yang berbeda. Meski demikian, yang patut diacungi jempol dari Bali
karena meski gempuran modernitas begitu masif menerjang namun mayoritas
masyarakatnya tak sedikitpun melupakan akar sejarah dan tradisi nenek moyangnya
yang sudah sewajibnya dipertahankan sampai kapanpun.
Salah satunya ialah Tari Gebug Ende.
Apa itu Gebug Ende? Secara gerakan, tarian ini memiliki gerakan yang hampir
sama dengan gerakan silat namun yang membedakannya ialah pada sarana yang
digunakannya. Tarian Gebug Ende menggunakan Tamiang (Perisai) yang terbuat dari
kulit sapi dan rotan sebagai alat pemukulnya. Atraksi tarian ini tak ubahnya
seperti perang tanding yang saling berbalas pukulan diantara pesertanya.
Istilah Gebug Ende ini juga dikenal
dengan Gebug Seraya didasarkan pada daerah dimana kesenian ini berasal. Gebug
Ende ini hanya dimainkan oleh para pria dewasa maupun anak-anak. Soal asal kata,
Gebug Ende sendiri berasal dari kata ”Gebug” dan “Ende”. Gebug artinya memukul
dimana alat pemukulnya berupa rotan yang panjang sampai sekitar 1,5 – 2 meter.
Sedangkan alat yang digunakan untuk menangkisnya bernama Ende.
Ende ini dibuat dari kulit sapi yang
telah dikeringkan yang kemudian dianyam berbentuk lingkaran. Diceritakan Jaman
dahulu krama desa seraya adalah prajurit perang Raja Karangasem yang ditugaskan
untuk “menggebug” atau menyerang Lombok. Setelah jaman kerajaan, jiwa dan
semangat kesatria seraya masih tetap menyala hingga kini. Disesuaikan
perkembangan jaman maka terciptalah sebuah tarian Gebug Ende yang secara turun
temurun dapat kita saksikan hingga kini.
Areal Pertunjukkan
Areal Gebug Ende dapat ditentukan
dimana saja asalkan medannya datar. Tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan areal ini disesuaikan dengan
kondisi areal saja. Sementara untuk menjaga keamanan pemain dari desakan
penonton lapangan pun dibatasi dengan pembatasa yakni tali. Para Juru Banten
pun melakukan ritual permohonan berkat agar permainan Gebug Ende ini dapat
memberikan keberhasilan dan kemakmuran bagi Krama Seraya.
Tarian ini biasa digelar di beberapa
desa di Kecamatan Gerokgak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar