Seperti apa sih nasi jinggo itu? Nasi Jinggo itu, ya nasi bungkus biasa saja, sih! Mirip kayak sego kucing yang terkenal di Yogyakarta. Nasi jinggo dibungkus dengan daun pisang, dengan lauk mi, ayam suir, tempe goreng, telur rebus seperempat butir, dan –ini andalannya— sambal tomat campur terasi yang pedas namun lezat.
Porsi Nasi Jinggo terbilang kecil banget. Nasinya hanya sekepalan tangan. Harganya pun sangat murah, termahal saja cuma Rp 3 ribu. Mungkin ini dulunya sebagai strategi marketing. Sebab, orang merasa membeli sesuatu dengan harga yang sangat murah. Kenyataannya, kebanyakan pembeli nasi jinggo tak merasa cukup dengan hanya satu bungkus. Beberapa orang bisa menghabiskan empat sampai enam bungkus!
Sambal matah
Dalam bahasa Bali, sambel matah berarti sambel mentah. Sambal ini memang terbuat dari bahan-bahan yang masih mentah. Selain terasi yang dibakar, bahan lain seperi bawang merah, cabai, sereh, dan daun jeruk purut semuanya masih mentah dan segar. Semua bahan diiris halus, lalu dicampurkan dengan terasi dan garam dengan cara mengulet/meremasnya. Setelah alum, ditambahkan sedikit minyak kelapa. Sambel matah ini biasa dimakan bersama sate lilit atau ikan asin. Bisa juga diurabkan pada daging ayam yang disuir-suir. Makan dengan sambal ini jadi tambah berselera!
Sate Lilit
Membuat sate tidak selalu dengan cara memotong-motong daging lalu menusuk memanggangnya. Di bali ada cara lain membuat sate yaitu dengan melilitkan luluh daging ke sebuah batang bambu.Seperti lazimnya sate, bahan dasar sate lilit adalah daging. Dagingnya bisa daging ikan, ayam, bebek, babi, entok, atau burung dara. Yang sering kita temui di warung-warung makan atau restoran di Bali adalah yang berbahan ikan tuna atau ayam.
Daging ikan tuna atau ayam dimasukkan ke dalam lesung lalu dilembutkan dengan alu bersama bumbu, santan, serta parutan kelapa. Ketika bumbu sudah menyatu dengan ikan, sate mulai bisa dibentuk dengan mengepal daging ikan memanjang lalu dililitkan pada tangkai yang terbuat dari bambu. Sate lilit dibakar dan siap dinikmati bersama sepiring tupat, semangkuk sup ikan, dan plecing kangkung.
Pindang adalah ikan, lalu rujak pastinya tentang buah. Apa hubungannya? Nah kuliner satu ini memang unik. Bayangkan segarnya buah-buah berpadu dengan asinnya kaldu ikan. Ya, itulah Rujak Kuah Pindang yang menjadi cemilan khas masyarakat Denpasar.
Buah yang dipakai biasanya kedondong, bengkuang, timun, dan buah-buah mentah lainnnya. Kaldu ikan dicampur dengan cabai dan terasi, bisa ditambahkan sedikit gula merah jika Anda tak tahan dengan rasa asinnya. Rasanya merupakan kolaborasi unik antara manis, renyahnya buah, asin, asam, dan kecut.
Ingin mencoba rasa rujak ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar