• BALIKU

    BALIKU

    Pulau Bali atau yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini sungguh luar biasa pesona keindahannya juga kekayaan budayanya yang masih sangat kental yang melekat pada penduduknya. Tidak heran kalau Pulau Bali sangat terkenal di dunia

    Read More
  • SENI & BUDAYA BALI

    SENI DAN BUDAYA

    Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu kompleks unsur yang tampak amat digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga tampak seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat Bali

    Read More
  • CERITA RAKYAT BALI

    CERITA RAKYAT BALI

    Kumpulan kisah dan legenda masyarakat Bali

    Read More
  • KULINER KHAS BALI

    KULINER KHAS BALI

    Cita rasa dan penampilan masakan Bali sering disebut seeksotis pemandangan pulau dewata itu. Jadi, tak heran jika sejumlah masakan khas Bali pun ikut menjadi ikon pariwisata

    Read More
  • KEUNIKAN BALI

    KEUNIKAN BALI

    Bali memiliki sejuta keunikan, baik bentangan alam maupun budayanya. Salah satu keunikan yang paling kuat adalah corak budayanya yang melekat pada seluruh aspek kehidupan msyarakat Bali

    Read More

Selasa, 06 Maret 2012

PURA PERANCAK

PURA PERANCAK

PURA PERANCAK

            Pura Perancak terletak di pinggir laut, wilayah Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Jaraknya dari Kota Negara kira-kira 19 kilometer. Jalan menuju pura tersebut cukup baik dan sudah diaspal. Bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor Panorama sekitar pura adalah lautan dan kebun kelapa.
            Bagaimana sejarah berdirinya pura ini? Menurut lonlur Dharma Yatra Danghyang Nirartha cerita berawal dari adanya kesalahpahaman. Ketika itu, akibat salah paham, raja Blambangan, Dalem Juru menunjukkan sikap yang kurang hormat terhadap Danghyang Nirartha. Oleh karena sikapnya itu, tidak ada pilihan lain bagi Danghyang Nirartha, kecuali meninggalkan istana Kerajaan Blambangan. Bekemas-kemaslah beliau bersama istri dan ketujuh putra-putrinya untuk menyeberang ke Pulau Bali. Di samping pakaian dan perbekalan secukupnya, beliau juga membawa barang-barang pusaka, berupa sebuah keris yang bernama si Baju Jeriji serta sebuah tongkat yang bernama si Baru Rambat.
            Pada hari dan waktu yang telah ditetapkan, sekitar tahun 1478, berangkatlah beliau menuju Pantai Blambangan bersama istri yang bernama Sri Putri Keniteh dan tujuh orang putra-putrinya yang bernama DIah Wiraga Slaga, Ida Wiraga Sandi, Ida Lor, Ida Ler, Ida Istri Rahi, Ida Telaga dan Ida Keniten.
            Di pantai Blambangan atas bantuan seorang nelayan, beliau diberi meminjam sebuah perahu (jukung) dalam keadaan bocor. Agar bisa dipakai lebih baik, lubang jukung yang menyebabkan kebocoran itu ditutup dengan daun labu kili. Jukung itu dipergunakan oleh istrinya beserta putra-putrinya menyebrang ke Pulau Bali. Sedangkan beliau scndiri mempergunakan tabu kiti yang isinya teiah dibuang.
            Meskipun memakai sarana penyeberangan yang sederhana, mercka bisa menyebarangi lautan dengan selamat. Mereka merapat di pantai daerah Jembrana. Ketika itu, Jembrana dikuasai oleh seorang anglurah bernama I Gusti Ngurah Rangsasa, Penguasa Jembrana ini mengemong sebuah pura bernama Pura Usang. Kendatipun telah uda pengelurah di Jembrana, tapi masyarakatnya masih bersitut "Uraga Pati" yailu di mana mereka dalam keadaan kegelapan, budi pekerti yang rendah dan sering menghumbar hawa nafsu.
            Di Daerah Jembrana, Danghyang Nirartha mengajarkan agama kepada masyarakat Pada suatu hari, I Gusti Ngurah Rangsasa sebagai penguasa daerah Jembrana dengan diiringi oleh pengawalnya menghadap Danghyang Nirartha untuk diskusi soal agama dan pura. I Gusti Ngurah Rangsasa meminta kepada Danghyang Nirartha untuk sembahyang pada Pura Usang. Danghyang Nirartha bersedia sembahyang, Baru saja Danghyang Nirartha mengatupkan tangan untuk segera mulai sembahyang, pura itu pecah.
            Pecahnya Pura Usang adalah merupakan suatu tanda kekalahan I Gusti Ngurah Rangsasa dalam diskusi dengan Ida Danghyang Nirartha- Pada akhirnya I Gusti Ngurah Rangsasa merasa malu dan mohon pamit, serta melanjutkan perjalanan untuk bertapa. Setelah I Gusti Ngurah Rangsasa meninggal, masyarakat setempat membangun sebuah pura yang bernama Pura Ratu Gede Rangsasa untuk menghormati jasa-jasanya selama hidupnya. Sedangkan untuk menghormati jasa-jasa Danghyang Nirartha, dibangunlah sebuah pura dekat bekas Pura Usang yang diberi nama Pura Perancak.
Struktur Pura
            Pura Perancak terdiri dari tiga (3) halaman (Tri Angga). Halaman yang terdepan sebagai halaman yang ke pertama disebut nista mandala, halaman yang di tengah yang merupakan halaman yang kedua disebut madya mandala dan halaman yang terakhir yang ketiga disebut utama mandala.
            Di halaman nista mandala terdapat 8 buah bangunan pelinggih. Yang merupakan bangunan pelinggih pokok adalah:
  1. Pelinggih Padmasana, yang berfungsi untuk menyembah kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waca – Tuhan Yang Maha Esa
  2. Pelinggih Meru Tumpang Tiga
            Yang berfungsi untuk menghormati jasa-jasa Ida Danghyang Nirartha, yang memberikan ajaran-ajaran agama Hindu khususnya di daerah Jembrana dan di Bali pada umumnya.
            Selain bangunan pelinggih pokok terdapat juga pelinggih-pelinggih yang lain dan bangunan bale antara lain:
1.    Pelinggih Dewa Ayu Melanting
2.    Pelinggih Taksu
3.    Pelinggih Gedong Tapub
4.    Pelinggih Ratu Cede Perancak
5.    Pelinggih Ratu Nyoman
6.    Pelinggih Pertiwi
7.    Bale Papetik
8.    Bale Piyasan
9.    Bale Paselang
10.  Bale Gong
11. Bale Penyimpenan Busana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar