• BALIKU

    BALIKU

    Pulau Bali atau yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini sungguh luar biasa pesona keindahannya juga kekayaan budayanya yang masih sangat kental yang melekat pada penduduknya. Tidak heran kalau Pulau Bali sangat terkenal di dunia

    Read More
  • SENI & BUDAYA BALI

    SENI DAN BUDAYA

    Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu kompleks unsur yang tampak amat digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga tampak seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat Bali

    Read More
  • CERITA RAKYAT BALI

    CERITA RAKYAT BALI

    Kumpulan kisah dan legenda masyarakat Bali

    Read More
  • KULINER KHAS BALI

    KULINER KHAS BALI

    Cita rasa dan penampilan masakan Bali sering disebut seeksotis pemandangan pulau dewata itu. Jadi, tak heran jika sejumlah masakan khas Bali pun ikut menjadi ikon pariwisata

    Read More
  • KEUNIKAN BALI

    KEUNIKAN BALI

    Bali memiliki sejuta keunikan, baik bentangan alam maupun budayanya. Salah satu keunikan yang paling kuat adalah corak budayanya yang melekat pada seluruh aspek kehidupan msyarakat Bali

    Read More

Minggu, 03 Juni 2012

tuak


TIGA KEUNIKAN TRADISI MINUM TUAK DI BALI

Tuak adalah sejenis minuman beralkohol yang banyak dikonsumsi oleh kaum laki-laki Bali. Di beberapa desa di Bali, tuak merupakan minuman tradisional yang digunakan untuk memeriahkan sebuah upacara adat. Berdasarkan bahannya, tuak di Bali ada tiga jenis, yaitu tuak yang terbuat dari sadapan bunga pohon ental, tuak dari air kelapa, dan tuak dari pohon jaka atau enau. Tuak yang baru panen dari pohon rasanya manis, tapi jika sudah setengah hari, maka rasanya agak pahit. Jika tuak yang sudah dipanen tersebut tidak laku dijual, biasanya diolah (disuling) menjadi arak. Arak mengandung kadar alkohol yang lebih tinggi (sekitar 20%) daripada tuak. Ada beberapa desa yang dikenal sebagai penghasil tuak, misalnya desa Bebandem, Tenganan Gunung, Pipid, Gunaksa, Tianyar, Kubu, Pemuteran, dan desa lainnya. Jika anda jalan-jalan ke Bali, anda bisa mengunjungi desa tersebut untuk mencicipi rasa tuak. Namun sebelum anda ingin berwisata ke desa-desa tersebut, ketahuilah tiga keunikan tradisi ”metuakan” (minum-minum) di Bali, yaitu:

1. Satu Gelas untuk Semua
Biasanya ketika Anda  minum-minum di bar atau di tempat pesta lainnya bersama teman-teman anda, masing-masing orang tentunya membawa gelas dan botol bir/wisky sendiri-sendiri. Tapi, masyarakat desa di Bali yang gemar minum tuak hanya menggunakan sebuah gelas untuk semua orang secara bergiliran. Mereka biasanya duduk melingkar di tanah atau di sebuah bale besar. Menggunakan satu gelas dalam acara pesta minum tuak mencerminkan rasa persaudaraan dalam masyarakat Bali.

2. Genjek
Genjek merupakan seni suara khas Bali, berasal dari kabupaten Karangasem. Seni Genjek mirip dengan seni suara akapela. Dalam pertunjukannya, genjek di awali dengan sebuah gending / lagu Bali, yang diiringi oleh musik yang diucapkan oleh mulut. Seni genjek biasanya dilakukan dalam pesta minum tuak. Seorang peminum tuak bertugas menyanyikan sebuah lagu Bali, seorang yang lain bertugas mengatur tempo nyanyian dengan menirukan suara kentong (gong kecil), istilahnya “pung”. Ketika lirik lagu akan berakhir, maka semua peminum memainkan musik secara akapela sambil menari. Jika para peminum banyak yang sudah “punyah” (mabuk), maka pertunjukkan genjek akan semakin seru dan lucu.

3. Istilah Unik Bali 
Berapa gelas alkohol yang biasa anda minum dalam sebuah pesta minuman? Setelah berapa gelas anda mulai merasa mabuk? Nah di Bali, ada istilah khusus untuk menunjukkan jumlah minuman yang diminum dan dampak yang biasanya dialami oleh para peminum, yaitu :
Eka Padmasari artinya satu gelas (bumbung) tuak pertama yang memberikan rasa yang menyegarkan.
Dwi Angemertani, artinya peminum yang telah meminum dua gelas tuak yang membangkitkan rasa semangat.
Tri Raja Busana, artinya peminum yang sudah menenggak tiga gelas tuak, wajah sudah mulai memerah.
Catur Kokila Basa, artinya gelas keempat yang mulai membuat peminum suka berkicau (ngoceh) seperti burung kutilang.
Panca Wanara Konyer berarti peminum telah menghabiskan 5 gelas tuak, dimana efeknya telah membuat peminum pusing atau berjoged.
Sad Wanara Rukam artinya gelas keenam yang membuat peminum duduk dengan kepala pusing yang berat.
Sapta Ketoya Baya, adalah gelas ketujuh yang diminum peminum. Bagi yang tidak kuat minum, tahap ini emosi sering muncul diantara para peminum.
Asta Kebo Dangkal yaitu gelas kedelapan yang biasanya membuat peminum menjadi mabuk berat.

Para peminum di Bali biasanya dalam pesta metuakan, bisa meminum lebih dari 20 gelas tuak. Satu lagi istilah unik dalam metuakan, yaitu SEMINAR artinya SEKAA MINUM ARAK (kelompok peminum arak/tuak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar