• BALIKU

    BALIKU

    Pulau Bali atau yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini sungguh luar biasa pesona keindahannya juga kekayaan budayanya yang masih sangat kental yang melekat pada penduduknya. Tidak heran kalau Pulau Bali sangat terkenal di dunia

    Read More
  • SENI & BUDAYA BALI

    SENI DAN BUDAYA

    Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu kompleks unsur yang tampak amat digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga tampak seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat Bali

    Read More
  • CERITA RAKYAT BALI

    CERITA RAKYAT BALI

    Kumpulan kisah dan legenda masyarakat Bali

    Read More
  • KULINER KHAS BALI

    KULINER KHAS BALI

    Cita rasa dan penampilan masakan Bali sering disebut seeksotis pemandangan pulau dewata itu. Jadi, tak heran jika sejumlah masakan khas Bali pun ikut menjadi ikon pariwisata

    Read More
  • KEUNIKAN BALI

    KEUNIKAN BALI

    Bali memiliki sejuta keunikan, baik bentangan alam maupun budayanya. Salah satu keunikan yang paling kuat adalah corak budayanya yang melekat pada seluruh aspek kehidupan msyarakat Bali

    Read More

Rabu, 09 Mei 2012

Tumpek Wayang


Makna Hari Tumpek Wayang Dalam Kehidupan


Ada sebuah fenomena menarik di Bali berkenaan tentang kelahiran anak pada hari yang dianggap keramat yaitu pada waktu wuku Wayang. Fenomena tersebut diyakini oleh orang Bali bahwa yang dilahirkan pada hari tersebut patutlah diupacarai lukatan (Ruwatan) besar yang disebut Sapuh Leger. Untuk anak yang diupacarai lahir bertepatan dengan waktu itu dimaksudkan agar ia terhindar dari gangguan (buruan) Dewa Kala. Menurut lontar Sapuh Leger dan Dewa Kala, Batara Siwa memberi izin kepada Dewa Kala untuk memangsa anak / orang yang lahir pada wuku Wayang (cf. Gedong Kirtya, Va. 645). Atas dasar isi lontar tersebut, apabila diantara anaknya ada yang dilahirkan pada wuku Wayang, demi keselamatan anaknya itu, semeton Bali berusaha mengupacarainya dengan didahului mementaskan Wayang Sapuh Leger berikut aparatusnya dipersiapkan jauh lebih banyak (berat) dari perlengkapan sesajen jenis wayang lainnya.

Tumpek Wayang adalah manifestasi Sanghyang Iswara yang berfungsi untuk menerangi kegelapan, memberikan pencerahan ke kehidupan di dunia serta mampu membangkitkan daya seni dan keindahan.
Tiap anak yang lahir pada Tumpek Wayang, terutama pada Saniscara Kliwon Tumpek Wayang akan diadakan pergelaran Wayang Sapuh Leger. Peringkat hari-hari tersebut secara spasial sangat sakral karena merupakan rentetan terakhir dari tumpek yang menurut anggapan orang Bali adalah angker dan berbahaya, karena hari itu dikuasai oleh butha dan kala. Secara mitologis wuku Wayang dianggap sebagai salah satu wuku yang tercemar / kotor, karena pada waktu inilah lahirnya seorang raksasa bernama Dewa Kala sebagai akibat pertemuan (sex relation) yang tidak wajar antara Batara Siwa dan istrinya, Dewi Uma. Mereka melakukan tidak pada tempatnya yang disebut kama salah. Dari karakteristik hari-hari tersebut, masyarakat Bali percaya bahwa setiap anak yang lahir pada wuku Wayang harus mendapatkan penyucian yang khusus dengan upacara sapuh leger serta menggelar film. Pertunjukan wayang kulit yang ada sampai saat ini kenyataannya tidak dapat dilepaskan dengan upacara ritual dengan cerita mitologi. Hal ini dikisahkan karena isinya dianggap bertuah dan berguna untuk kehidupan lahir dan batin yang terpercaya dan dijunjung tinggi oleh pendukungnya.

Tumpek (seperti membaca: sumpek) terdiri dari dua suku kata "tum" yang artinya kesucian dan "paket" yang artinya putus atau terakhir. Jadi "tumpek" adalah hari suci yang jatuh pada penghujung akhir Saptawara dan pancawara seperti Saniscara Kliwon Wayang disebutlah Tumpek wayang.
Tumpek Wayang juga bermakna'' hari kesenian'' karena hari itu secara ritual diupacarai (kelahiran) berbagai jenis kesenian seperti wayang, barong, Rangda, topeng, dan segala jenis gamelan. Aktivitas ritual tersebut sebagai bentuk rasa syukur terhadap Sang Hyang Taksu sering disimboliskan dengan upacara kesenian wayang kulit, karena ia mengandung berbagai unsur seni atau teater total. Dalam kesenian ini, semua eksistensi dan esensi kesenian sudah tercakup. 

Tumpek film merupakan cerminan dimana dunia yang diliputi dengan kegelapan, kebodohan, keangkuhan, dan keangkaramurkaan. Oleh sebab itu Dewa Siwa pun mengutus Sanghyang Samirana turun ke dunia untuk memberikan kekuatan kepada manusia yang nantinya sebagai mediator di dalam menjalankan aktifitasnya. Orang yang menjadi mediator inilah disebut seorang Dalang atau Samirana. Sanghyang Iswara juga memberikan kekuatan seorang Dalang sehingga mampu membangkitkan cita rasa seni dan daya tarik yang mampu memberikan sugesti kepada orang lain yaitu para penontonnya.



Kekuatan inilah yang disebut dengan taksu maupun raganya, karena didalam pementasan wayang kulit, seorang Dalang mampu menyampaikan cerita yang penuh dengan filsafat humor, kritik, saran, serta realita kehidupan sehari-hari sehingga para penonton membius alam pikirannya dan muncullah kekuatan sugesti dari diri masing- masing. Oleh karena itu kehidupan umat manusia di dunia sesungguhnya tidak hanya memelihara fisik semata namun perlu keseimbangan antara fisik dan mental spiritual yang mana banyak tercermin di dalam pelaksanaan atau perayaan Tumpek Wayang bagi umat Hindu yang dirayakan setiap enam bulan (dua ratus sepuluh hari).

Makna dari Tumpek Wayang, sebagaimana kita ketahui kehidupan di dunia selalu diliputi oleh dua kekuatan yang disebut ruwa Bineda, yang sudah barang tentu ada pada sisi kehidupan manusia. Dengan bercermin dari tatwa, filsafat agama mampu membawa kehidupan manusia menjadi lebih bermartabat. Karena dari ajaran atau filsafat agama mampu akan memberikan pencerahan kepada pikiran yang nantinya mampu pula menciptakan moralitas seseorang menjadi lebih baik dari segi aktifitas agama se hari hari kita mendapatkan air cuci ke hidupan melalui tirta pengelukatan yang berfungsi untuk meruak atau melebur dosa di dalam tubuh manusia,
maka dari itu seorang Dalanglah yang mendapat penghargaan untuk melukat diri manusia baik alam pikirannya maupun raganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar