• BALIKU

    BALIKU

    Pulau Bali atau yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini sungguh luar biasa pesona keindahannya juga kekayaan budayanya yang masih sangat kental yang melekat pada penduduknya. Tidak heran kalau Pulau Bali sangat terkenal di dunia

    Read More
  • SENI & BUDAYA BALI

    SENI DAN BUDAYA

    Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu kompleks unsur yang tampak amat digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga tampak seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat Bali

    Read More
  • CERITA RAKYAT BALI

    CERITA RAKYAT BALI

    Kumpulan kisah dan legenda masyarakat Bali

    Read More
  • KULINER KHAS BALI

    KULINER KHAS BALI

    Cita rasa dan penampilan masakan Bali sering disebut seeksotis pemandangan pulau dewata itu. Jadi, tak heran jika sejumlah masakan khas Bali pun ikut menjadi ikon pariwisata

    Read More
  • KEUNIKAN BALI

    KEUNIKAN BALI

    Bali memiliki sejuta keunikan, baik bentangan alam maupun budayanya. Salah satu keunikan yang paling kuat adalah corak budayanya yang melekat pada seluruh aspek kehidupan msyarakat Bali

    Read More

Kamis, 17 Mei 2012

bedugul


Pura Ulun Danu Beratan



Rata-rata suhu maksimum di daerah ini 22,4 derajat Celsius dan minimum 15,4 derajat Celsius, membuatkawasan Pura ini benar-benar berpenyejuk dingin .


I Gusti Agung Putu menjadi tawanan dan diserahkan kepada I Gusti Ngurah Tabanan . Oleh I NgurahTabanan ,

Di sini I Gusti Agung Putu mendirikan tempat pemujaan dengan nama Taman Ganter dan istananyabernama Kawiapura . 

Setelah mengalahkan musuh-musuhnya termasuk membantu Raja Tabanan mengalahkan musuhnya, selanjutnya ia mendirikan tempat pemujaan di tepi Danau Beratan untuk memuja Batara di Pura Puncak Mangu. Hal ini terjadi menurut Babad Mengwi tahun Saka 1556. Piodalan di Pura ini jatuh setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Selasa Kliwon Wuku Julungwangi atau dikenal dengan sebutan Anggarakasih Julungwangi. Kali ini di Pura bersangkutan akan digelar Karya tawur Panca Bali Krama, Piodalan Pedudusan Agung, Danu Kertih dan Giri Kertih dan Karya Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini yang puncaknya jatuh pada Selasa (21/6) mendatang.

Pura Penataran Ulun Danu Beratan di-empon oleh empat Pesatakan yaitu Pesatakan Bangah, Baturiti, Antapan, dan Candikuning. Secara umum Pura ini dibagi menjadi beberapa kompleks penataran yaitu Pura Penataran Agung, Pura Telengin Segara, Pura Lingga Petak dan Pura Dalem Purwa. Sebagian areal Pura di tepi danau yaitu kompleks Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Purwa, sedangkan yang berada di dalam danau, disangga daratan kecil yaitu Pura Telenging Segara yang ada meru tumpang 11 dan Pelinggih Lingga Petak ada meru tumpang 3. Pura Ulun Danu Beratan tahap demi tahap diperluas dan disempurnakan bersama dengan rakyatnya, sehingga menjadi Pura Kahyangan Jagat. Pura Ulun Danu terdiri atas empat kompleks pura.

Kompleks pelinggih Lingga Petak, kompleks Pura pesimpangan Puncak Mangu, kompleks Pura pesimpangan Terate Bang dan kompleks Pura Dalem Purwa. Kompleks yang paling timur adalah pelinggih Meru Tumpang Tiga stana Lingga Petak. Pura ini dikelilingi oleh tembok penyengker dengan empat pintu berupa candi bentar yang menghadap keempat penjuru. Demikian juga pintu merunya juga ada empat pintu yang juga mengarah ke empat penjuru. Tahun 1968 konon pura ini pernah dipugar. Ternyata di dasarnya terdapat tiga buah batu besar. Yang paling besar adalah batu dengan warna putih bulat panjang diapit oleh batu yang lebih kecil dengan warna merah dan hitam terletak berjejer. Di bawah batu putih itu keluar mata air.Karena itulah pelinggih Meru ini disebut linggih Lingga Petak. Meru Lingga Petak inilah sebagai pemujaan Batara Ulun Danu Beratan.

Menurut Drs. I Gst. Agung Gede Putra (alm) - yang pernah menjabat Kakanwil Depag Propinsi Bali dan juga pernah menjabat Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Departemen Agama RI - Meru Tumpang Tiga ini mungkin sebagai bentuk pemujaan Siwa Lingga yang pada zaman megalitikum dipakai wujud Lingga Yoni. Pemujaan Tuhan dengan sarana Lingga Yoni untuk memohon kesuburan pertanian. Gunung Mangu sebagai Lingganya dan Danau Beratan sebagai Yoninya. Melalui pertemuan dua unsur alam itulah Tuhan menciptakan kesuburan. Kompleks yang kedua terletak di sebelah barat Pura Lingga Petak adalah Pura pesimpangan Puncak Mangu. Dalam Lontar Usana Bali, Puncak Mangu dinyatakan sebagai pemujaan Hyang Danawa. Dalam hal ini Pura Lingga Petak sebagai Purusanya dan pesimpangan Puncak Mangu sebagai Pradananya.

Pertemuan dua unsur inilah memunculkan kesuburan. Dari kesuburan itu munculah tumbuh-tumbuhan dengan dewanya Sang Hyang Sangkara. Kompleks yang ketiga merupakan kompleks yang arealnya paling luas adalah kompleks pesimpangan Pura Terate Bang. Di Pura ini ada pelinggih utama adalah Meru Tumpang Pitu sebagai pemujaan Batara Brahma. Ada pelinggih Kamulan sebagai pemujaan roh suci (Dewa Pitara) dari leluhur raja. Di samping itu ada banyak pelinggih pesimpangan. Ada pelinggih Padmasari Rong Tiga sebagai pemujaan Sang Hyang Tri Purusa. Pelinggih Gedong manjangan Saluwang sebagai stana Mpu Kuturan. Ada Gedong untuk Ratu Pasek. pda Pelinggih Limas Catu untuk Batara Rambut Sadana. Ada Gedong Limas Mujung untuk Batara Penyarikan. Ada juga palinggih Paruman Alit sebagai stana Batara Kabeh dan banyak lagi ada pelinggih pesimpangan.

Kompleks keempat di bagian pojok tenggara dari kompleks Terate Bang adalah pesimpangan Dalem Purwa.Palinggih yang paling utama di Pura pesimpangan Dalem Pura ini adalah sebuah Gedong Pelinggih Batari Uma Bhagawati sebagai Saktinya Batara Siwa pemberi kebahagiaan. Meskipun pura ini sebagai Pura Ulun Danu yaitu hulunya kehidupan pengairan di pura ini juga dipuja Batara Tri Purusa dan Batara Tri Murti.Tuhan jiwa alam semesta dan Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pemralina. Di jeroan Pura Penataran Agung terdapat beberapa pelinggih yaitu meru tumpang pitu, berbusana serba merah difungsikan sebagai stana Dewa Brahma dan difungsikan pula sebagai pesimpangan Pura Pucak Teratai Bang yang berlokasi di dalam Kebun Raya Eka Karya Bali.

Di Pura Penataran Agung ini juga terdapat Padma Lingga yang difungsikan sebagai pesimpangan Pura Puncak sangkur. Di sebelah barat meru tumpang pitu terdapat sebuah palinggih Padma Tiga yang merupakan stana Hyang Tri Purusa-Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa. Inilah yang menjadi pelinggih pokok di Penataran Agung. Di sisi barat laut dari pelebahan ini terdapat jajaran berapa palinggih yaitu Taksu, Gedong Sari, Gedong Catu Mujung, Catu Meres, Gedong simpen, palinggih manjangan Saluang sebagai palinggih Maspait atau Mpu Kuturan yang juga sering disebut sebagai palinggih Ratu Pasek dan Meru Tumpang Telu sebagai stana Ratu Pande. Di sebelah selatan dari jajaran pelinggih tersebut terdapat sebuah gedong kereb yang disebut pula palinggih Bala Tama dan di sudut tenggaranya terdapat sebuah pelinggih Bale Kawas (Ulun Bale Agung) yang juga difungsikan sebagai penghayatan ke Pura Pucak Kayu Sugih.

Di palebahan Pura Tengahing atau Telenging Segara ada Meru Tumpang solas sebagai stana Dewa Wisnu dan difungsikan pula sebagai pesimpangan Bhatara di Puncak Mangu (Gunung Pangelengan) dan difungsikan sebagai palinggih Ida Bhatara Dewi Danu. Palebahan Pura ini dikelilingi air danau. Di palebahan Palinggih Lingga Lingga Petak / Ulun Danu terdapat sebuah palinggih Meru Tumpang Telu yang di dalamnya terdapat sebuah sumur kramat yang menyimpan Tirtha ulun danu. Di dalam sumur itu juga tertancap sebuah lingga besar berwarna putih dan diapit dua buah batu berwarna hitam dan merah. Tradisi yang diterima oleh masyarakat Hindu dan krama subak, palinggih ini difungsikan sebagai Ulun Danu dari Danau Beratan dalam konteks memohon kesuburan dan kemakmuran dan sebagai palinggih Bhatara Siwa dengan kekuatan Cadu Sakti-nya yang disimbolkan dari pemedalan yang menghadap ke empat penjuru mata angin.Paleban pura ini juga dikelilingi air danau.

Di palebahan Pura Dalem Purwa terdapat tiga buah bangunan yang semuanya menghadap ke timur.Palinggih pokoknya berupa Gedong Dalem yang difungsikan sebagai stana Bhatari Durga dan Dewa Ludra atau Dewi Uma Bhagawati. Gedong ini diapit oleh Bale Murda Manik yang difungsikan sebagai pemaruman dan di kanannya ada bale panjang yang difungsikan untuk menempatkan upakara saat piodalan.Keberadaan Pura ini juga tidak terlepas dari konsep nyegara-gunung yakni pertemuan langsung dari Danau Beratan dengan Gunung Pangelengan. Pun, memiliki konsep lingga-yoni yaitu Danau Beratan dan Pura Ulun Danu Beratan sebagai Yoni dan Gunung Pangelengan (Pucak Mangu) sebagai Lingga Acala yang merupakan simbol dari sumber kemakmuran di bumi.

Berdasarkan beberapa sumber, Pura Penatana Ulun Danu Beratan diperkirakan didirikan pada zaman Bali Kuno yaitu dibangun oleh Mpu Kuturan dan dilanjutkan oleh beberapa tokoh yang sangat mempengaruhi perkembangan Pura ini. Namun sebelum Mpu Kuturan membangun Pura tersebut telah ada bukti-bukti peninggalan zaman megalitik, berupa batu-batu pipih yang lebar dan didirikan dengan tegak. Dalam Babad Pasek disebutkan guna menjaga ketentraman masyarakat Bali, Mpu Kuturan membuat dan menyempurnakan kahyangan jagat yang berjumlah delapan buah yaitu Pura Besakih, lempuyang, Andakasa, Goa Lawah, Batukaru, Beratan, Batur dan Uluwatu (Soebandi, 2003:40).

Di Pura Ulun Danu Beratan terdapat peninggalan arkeologi seperti lingga yang tersimpan di pelinggih padma tiga rong tengah. Di samping itu terdapat sumur kuno di pelinggih Lingga Petak atau Ulun Danu. Secara umum, Pura ini sebagai tempat untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta berbagai manifestasi-Nya.Sedangkan, fungsi khususnya sebagai tempat melakukan upacara Melasti, pakelem, nunas Tirtha pamuput, ngaturan suinih, mapag toya. Hubungan subak dengan Pura Beratan sangatlah erat, mengingat pura ini merupakan pusat atau sumber air. Pura ini juga dijadikan tempat meajar-ajar terkait upacara Dewa yadnya dan pitra yadnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar